Wednesday, August 29, 2007

karena puisi

aku benci puisi terlalu indah untuk dimengerti
aku benci puisi buatku bimbang dan ragu memaknai sebuah kata
aku benci puisi saat kata indah tak mampu kucerna
dan takut menangkap makna yang tersembunyi
mengapa puisi yang buatku demikian bimbang
padahal puisi selalu temaniku tuk sembunyikan semburat rindu
dulu puisi yang temaniku saat sedih tak tau mengunjung mimpi

kubenci puisi saat ragu menyeruak kalbu
puisiku untukmu
tapi mampukah kau baeri janji pasti hanya dengan puisi
karena hanya dengan puisi kubahgia dan tak ingin terluka

(batam, 2007-08-24)

jerat asmara

jangan kau ulur tali itu
takut dia kan balas menjeratmu
simpan ia hanya jika kau butuh dan mampu kendalikan
hei......jangan.
jangan bermain dengannya
sungguh api kan membakarmu
ibarat sembilu menyayat kalbu
sungguh kau kan terluka

jangan kau untai tali itu
tolong jangan jika kau hanya mampu separuh hati
jalinnya hanya buatmu terjerat dan tak mampu kembali
sungguh jangan mengarungi samudranya
karena ku tlah lelah meriak sepi
hingga sunyi tak lagi hening sepanjang jalanku
yang letih merentas arah dan tujuan.


(batam, 2007-08-23)

rindu di bibir sunyi

suatu ketika kala sepi bukan jadi ungkapan sunyi
rintik hujan mengalun irama jiwa
ada kerinduan terpendam yang tak kuasa kuungkap

sepi adalah sunyi
saat hadirmu nyata dalam angan
tanpa mampu kuberharap
pagi kan bawa impi ke alam nyata.


(batam, agustus 2007-08-23)

Penjara Hati

penjara ini terlalu ketat
tanpa tembok dan pembatas
tak ada fentilasi sekedar
melonggarkan nafas nan kian sesak
menghirup pengap udara kehidupan
terali ini nyaris tanpa jeruji
namun terlalu kuat untuk di patahkan
pun bila hendak di tembus
tak ada tempat untuk melarikan diri
simpul jiwa terlalu rapat mengekang hati

Tuesday, August 14, 2007

Perempuan-perempuan kekuatan alam

    Mereka perempuan layaknya aku. Mereka kekar layaknya hanoman dalam cerita pewayangan.
    Sepanjang perjalanan hidupku menyimpan cerita tentang kekuatan seorang perempuan yang dianugrahi Rahim oleh Yang Maha Kuasa untuk membesarkan dan memberi kehidupan bagi penerus peradaban manusia. Ketika aku terlahir, perempuan pertama yang menyentuh batinku dengan kasih sayang dan segala pengorbanan darah dan taruhan nyawa tak henti mengalirkan nafas kehidupan untuk setiap helaan yang mampu aku lakukan. Perempuan yang sama telah membakar kulitnya dengan terik matahari dan merendam raganya dalam dinginnya air pegunungan serta kejamnya malam dengan setiap hembusannya. Sampai alam memberikan kesadaran dalam batin terdalamku bahwa aku bagian dari mereka. Perempuan itu, mereka sekarang disekelilingku berjuang untuk suatu kehidupan yang seharusnya dipersembahkan untuknya oleh para pemuja yang kan melindunginya.
    Mereka, perempuan-perempuan itu pernah terluka dalam sejarah peradaban. Kini tetap terluka, bukan oleh sembilu, bukan karena pedang tapi karena hidup dan kehidupan yang berputar ke arah semula dengan cover yang berbeda terbungkus kemolekan zaman dan reformasi.
    Namun, mereka perempuan tetap tegar di mataku dan dunia karena rahimnya masih menyimpan ribuan harapan dan masa depan.

Karena Aku Perempuan

Karena aku perempuan, segala kelemahan makluk Allah ada pada diriku.

Karena aku perempuan segala keindahan yang ada pada ciptaan Allah yang Maha Suci harus menjadi rahasiaku sampai seorang laki-laki halal bagiku.

Karena aku perempuan segala emosi dan kemarahan haruslah redam dalam senyum iklasku sehingga dunia damai dan selalu tersenyum dalam semburat sinaran mentari pagi.

Karena aku perempuan suatu hari keberadaanku meresahkan dan membuat kelam dunia peradaban sampai kebesaran dan mu’jizat Hamba Kekasih Allah menyelamatjan harga diri dan martabat kaumku.

Karena aku perempuan suatu saat kebebasan dan keberadaanku kabur bersama kehendak zaman sampai emansipasi diperjuangkan untuk sebuah jati diri keperempuanannku.

Karena aku perempuan tak semua kehendak dan inginku menjadi nyata dalam genggaman kuasa muhrimku yang setiap saat pada satu ketika merobek kedayaanku memperjuangkan sebuah hak atas nama kemanusiaan.

Karena aku perempuan, setiap tetes darah yang mengumpal dalam rahimku melahirkan sebuah harapan baru bagiku dan dunia yang suatu saat kubenci kejelitaannya telah merenggut sebagian kebahagian yang pernah ada sepanjang sisa hidupku.

Lelahku karena aku perempuan menampung semua kehendak zaman memutar peradaban sepenjang sejarah kehidupan manusia.

Karena aku perempuan suatu ketika lelahku mengahancurkan segala kebesaran dan keagungan sebuah kekuasaan.

Dan karena aku perempuan ………………………………….!